Debat Capres ke-3: Prabowo, Anies, Ganjar, dan Roasting Politik

T. R. Muda D. Bentara
5 min readJan 8, 2024

--

Debat ketiga Pilpres 2024 sudah berlangsung tadi malam di Istora Senayan Jakarta. Sama seperti debat Capres sebelumnya, suasana berlangsung meriah. Kubu 01 dan 03 menjadi lawan berat bagi kubu 02 yang diserang secara bergantian.

Secara matematis, serangan itu wajar, sebab ketiga kandidat adalah bagian dari pemerintahan — masih menjadi anggota koalisi Pemerintahan Jokowi saat ini, sehingga ketiganya tahu bagaimana kondisi sektor pertahanan Indonesia.

Dilemmanya tadi malam, karena debat membahas secara spesifik perihal ruang lingkup yang dikerjakan oleh Kementerian Pertahanan, dimana Prabowo Subianto selaku kandidat Capres nomor urut 02 saat ini menjabat posisi sebagai Menhan, sehingga dalam debat kali ketiga ini, ia memiliki beban yang lebih berat dibanding dua kandidat lainnya.

Seperti yang saya sebutkan di atas. Untuk Anies dan Ganjar, debat ini menguntungkan mereka karena bahasan utamanya yaitu sektor pertahanan, dimana saat ini leadernya adalah Prabowo. Sehingga tadi malam, selain berdebat mengenai perspektif pertahanan antara tiap calon, kedua calon lainnya juga berperan untuk meroasting Prabowo selaku Menhan.

Untuk Prabowo sendiri, karena segmen ini adalah ranahnya, tentu ia jauh lebih menguasai. Akan tetapi, karena adanya prinsip kerahasiaan dalam beberapa hal mengenai data pertahanan, sehingga membuat ia tidak bisa memberikan penjabaran secara ringkas. Merespon hal itu, sehingga kemudian tercetus olehnya ide untuk menantang kedua pasangan lainnya untuk bedebat dan buka bukaan data secara terbuka di luar forum debat KPU, yang kemudian ajakan itu ditolak oleh kedua kubu.

Sebelumnya, di pertemuan awalnya ketika menjabat sebagai Menhan dengan DPR RI di penghujung tahun 2019. Rapat yang awalnya terbuka, kemudian juga menjadi tertutup karena ada kerahasiaan yang tidak boleh disampaikan kepada publik.

Tadi malam, secara tampilan Prabowo terkesan menjadi bulan bulanan dua kubu lainnya. Ia seakan seperti seorang pejabat yang sedang di roasting oleh dua pelawak tunggal (stand up comedian) di depan khalayak ramai.

Walaupun terlihat agak emosi, Prabowo tidak begitu menanggapi. Ini ciri khasnya seperti di debat-debat di pilpres sebelumnya, dimana Jokowi yang njawani malah hadir untuk menyerang. Hal yang diluar perkiraan banyak orang.

Selain itu, tadi malam juga ada hal yang menarik. Anies seperti debat sebelumnya membawa isu personal sebagai bagian untuk menyerang Prabowo. Kali ini ia meminjam tangan Jokowi untuk menyerang Prabowo yang katanya punya konsesi lebih 300 hektar (yang kemudian ia ralat menjadi 300 ribu hektar)—hal yang kemudian secara spontan dibantah prabowo secara langsung.

Dalam tuturan Anies tersebut, ia membandingkan bagaimana bisa sebagian prajurit belum memiliki rumah, sedangkan Prabowo punya konsesi yang luas.

Serangan personal ini juga pernah terjadi di debat sebelumnya. Ketika Anies membawa ayah Harun Al Rasyid yang disebut oleh Anies adalah pendukung Prabowo yang meninggal di tahun 2019 dan hingga kini belum mendapatkan keadilan.

Pihak Prabowo kemudian memberikan bantahan bahwa Harun bukan pendukung Prabowo sebab saat itu Harun berusia 15 tahun, dan belum ada hak pilih. Dan dia datang ke lokasi bentrokan untuk melihat kejadian.

Tak hanya serangan secara sindiran kepada Prabowo, Anies juga menyerang kubu lainnya dengan membawa sosok lainnya yang bernama Mega Suryani seorang korban KDRT yang belum mendapat keadilan.

Kehadiran ayah Harun untuk menyerang Prabowo dan Mega Suryani untuk menyindir kubu Mega (Ganjar) di debat pertama tersebut tentunya bukanlah sebuah kebetulan. Tapi sebagai sebuah teater politik yang penuh persiapan.

Selain itu, survey Litbang Kompas, yang merupakan lembaga survey paling kredibel saat ini yang dirilis Desember lalu menunjukkan jika intensifnya serangan terhadap kubu 02 oleh kubu 01 dan 03 adalah hal yang wajar.

Hal itu disebabkan karena dalam data yang dirilis oleh Litbang Kompas tersebut mengenai elektabilitas Pasangan Capres, Capres, dan Cawapres, terdapat beberapa keunikan, hal itu meliputi:

  1. Elektabilitas Prabowo-Gibran tertinggi dibanding elektabilitas dua paslon lain.
  2. Gabungan raihan elektabilitas Capres Anies-Imin dan Ganjar-Mahfud, akumulasi raihan elektabilitas keduanya masih dibawah raihan elektabilitas Prabowo-Gibran.
  3. Untuk elektabilitas Capres dan elektabilitas Cawapres, akumulasi persentase elektabilitas Prabowo maupun Gibran masih lebih tinggi meskipun elektabilitas dua lawan lainnya jika digabung.

Posisi elektabilitas Prabowo yang melebihi elektabilitas gabungan Anies san Ganjar menjadikan Prabowo sebagai sasaran empuk bagi keduanya untuk merebut poin. Sehingga untuk merealisasikan hal itu, segala upaya dilakukan termasuk untuk menyerang secara pribadi, baik dalam bentuk mengumbar kepemilikan aset pribadi dan membawa-bawa korban lain sebagai bentuk untuk menggiring opini dan melakukan demonisasi terhadap Prabowo.

Di sisi lain, hal menarik lainnya adalah, bahwa di debat semalam, pada dasarnya yang mengerti pertahanan bukan hanya kubu Prabowo, tapi juga dua kubu lainnya.

Untuk Anies misalnya, saat ini Ketua Timnas Anis-Muhaimin adalah Syauqi Alaydrus, seorang purnawirawan Marsekal Madya TNI AU yang di tahun 2014-2017 pernah menjabat sebagai Dirjen Perencanaan Pertahanan Kementerian Pertahanan. Dimana hal ini menandakan bahwa kubu Anies juga memiliki akses data perihal pertahanan, toh ketua timsesnya yang menjadi otak perencanaan pertahanan di tiga tahun pertama pemerintahan Jokowi-JK.

Selain itu untuk kubu 03. Mereka tidak hanya bisa mengakses data pertahanan, tapi selama dua dekade ini menjadi pengendali dan juga menjadi aktor utama. Menhan periode 2014-2019 yaitu Ryamizard Riacudu adalah kepercayaan Megawati. Selain itu, penganggaran Kemhan era Prabowo di DPR RI semuanya disetujui oleh PDIP, partai pengusung pasangan Ganjar-Mahfud.

Selain itu, hal yang lebih menarik adalah, Mahfud MD selaku cawapres Ganjar, di masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid (2000-20001) ia menduduki posisi sebagai Menteri Pertahanan. Sehingga kubu ini, tidak hanya sebagai pengendali pertahanan Indonesia dalam dua periode terakhir, tapi juga memiliki cawapres yang pernah menjabat sebagai Menhan, seperti halnya Prabowo.

Pun selain itu, hingga saat ini Mahfud adalah Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) yang mensuvervisi (mengawasi) kerja-kerja Kementerian Pertahanan yang dipimpin oleh Prabowo, yang kantornya persis berasa di sebelah kiri Kemenkopolhukam yang dipimpin oleh Mahfud.

Fakta-fakta ini jika dikembakikan ke debat tadi malam, secara sederhana terlihat jika debat tadi malam seperti upaya untuk meroasting Prabowo selaku Menhan. Tapi publik lupa bahwa sebelum Prabowo bergabung ke kabinet atau saat Prabowo telah bergabung ke kabinet, kedua kubu lainnya ternyata juga memiliki berkontribusi krusial terhadap maju atau tidaknya sektor pertahanan Indonesia.

Ketua Timnas Anies-Muhaimin Dirjen Perencanaan Pertahanan di periode pertama Jokowi. Dan Wakil Ganjar yaitu Mahfud adalah mantan Menhan dan kini menjadi supervisor Prabowo di Kemhan.

Selain itu, yang paling penting adalah bahwa semua kebijakan pertahanan selama 10 tahun belakangan yang tadi malam data cetaknya dipegang oleh Ganjar dan ia sebutkan adanya kemunduran, semua kebijakan itu pengendali utamanya dan persetujuan realisasinya ada di tangan PDIP dan pemerintahan yang berada di bawah kendali PDIP, sebelum beberapa bulan lalu secara informal keduanya telah berpisah jalan.

***

Politik Indonesia ini circlenya kecil sekali. Semuanya saling terkait. Semuanya saling terlibat. Dramaturgi berlangsung dengan mulus. Para pelawak tunggal mampu memukau kita semua ketika meroasting figur-figur yang sedang berkuasa.

--

--

T. R. Muda D. Bentara
T. R. Muda D. Bentara

Written by T. R. Muda D. Bentara

Kita melawan karena hak kita dilanggar.

No responses yet