T. R. Muda D. Bentara
3 min readJan 7, 2025

Sepertinya, untuk beberapa waktu atau mungkin beberapa tahun kedepan, di level elite, seteru antara Megawati -PDIP dengan Jokowi dan keluarganya akan berlangsung lama, dan akan menjadi tontonan utama keriuhan politik di level nasional.

Kedua kelompok ini disebut-sebut sedang saling serang dan menyandera. Selain itu juga, kedua kelompok ini sedang mengalami turbulensi di internal masing-masing.

Untuk PDIP misalnya. Saat ini mereka sedang dalam dilemma mempersiapkan suksesi. PDIP dan Bu Mega harus realistis. Usia beliau semakin beranjak. Kemampuan beliau dalam mengendalikan semua masalah tentunya tak seoptimal dua dekade lalu, sehingga membutuhkan rencana kontijensi atau Plan B dalam hal suksesi politik.

Saat ini layer internal dan eksternal PDIP dan Bu Mega juga belum menemukan titik temu. Misal untuk layer eksternal dalam bentuk politisi administratur di PDIP. Nama yang memiliki kharisma di bawah Bu Mega hanya dua orang, yaitu Pramono dan Hasto. Tapi sayangnya Hasto saat ini sedang menghadapi masalah besar, yang kemungkinan untuk bisa lolos sangat kecil. Sedangkan untuk Pramono, ia telah menduduki posisi safe house sebagai Gubernur DKI.

Nama-ama lain, seperti Bambang Pacul, atau Olly Dondokambey selaku bendahara tak punya pengaruh kentara.

Sedangkan di layer internal. Orang orang bertanya-tanya. Dari ketiga anaknya, Puan, Prananda dan Tatam (Pratama). Ia lebih memilih siapa yang akan meneruskan tahtanya di PDIP?

Untuk ketiga anaknya, seperti politisi gaek lainnya, ia membagi peran yang berbeda untuk tiap anak. Untuk Puan, anak perempuan satu-satunya, ia berikan kesempatan untuk menjadi politisi langsung dan kini sebagai Ketua DPR RI, periode kedua. Sedangkan untuk Tatam, ia dibiarkan menjadi pengusaha, dan tidak begitu aktif di politik. Sedangkan untuk Prananda, ia menjadi tangan kanan Mega dalam mengendalikan mesin partai.

Di PDIP, oleh Mega, Prananda ditunjuk sebagai Kepala Situation Room (SR) atau Pusat Analisa dan Pengendali Situasi PDI Perjuangan. Sebuah posisi pengendali di balik layar mesin utama partai.

Kini orang-orang bertanya, jika Tatam tidak begitu terlibat ke politik, dan hanya menyisakan Prananda dan Puan, maka Mega akan memilih yang mana?

Untuk Puan, selain kini sebagai politisi PDIP satu-satunya yang memiliki posisi tinggi di level negara. Ia juga merupakan politisi PDIP dengan kemampuan finansial yang kuat, tentunya melalui suaminya, Happy.

Di Pilpres 2024, dua struktur utama pemenangan Ganjar-Mahfud, diduduki oleh orang kepercayaan suami Puan, yaitu Arsjad Rasjid selaku ketua tim pemenangan, dan Orias Petrus Moedak selaku bendahara pemenangan. Kedua tokoh ini adalah komisaris di perusahaan suami puan, Rukun Raharja.

Melihat hal ini, pertanyaannya, kedepan Mega akan memberikan tongkat estafet ke siapa?

Itu tentang PDIP dan Mega. Sedangkan untuk rivalnya yaitu Jokowi dan keluarga, entitas kelompok politik ini juga sedang mengalami turbulensi.

Dalam sejarah Indonesia, suksesi dari Jokowi ke presiden baru adalah suksesi paling tenang dalam sejarah republik, sedangkan semua suksesi lainnya menimbulkan keributan atau ketidaknyamanan.

Kini, setelah tak berkuasa, dan anak mantu terpilih sebagai wakil presiden dan gubernur, orang-orang bertanya, apakah kharisma dan power Jokowi akan bertahan?

Sebagian orang meyakini bahwa power Jokowi akan tetap ada, tapi lama kelamaan akan memudar. Selain itu, kalaupun ada rencana untuk meraih suksesi yang lebih tinggi, misal ingin mengakses posisi yang lebih tinggi di periode mendatang, hal itu akan berlangsung dengan amat ketat. Sebab di kabinet pemerintahan saat ini, jumlah kandidat potensial untuk maju di pilpres mendatang paling banyak, apalagi angka batasan presidential threshold telah dihapus MK beberapa hari lalu.

Hal paling menarik dari kelompok entitas ini adalah, bahwa pelemahan tidak akan berasal dari kekuasaan yang ada saat ini, tapi dari kekuatan luar. Kekuatan luar pertama adalah PDIP, pihak yang merasa paling dikhianati dan dirugikan oleh PDIP. Sedangkan kekuatan luar lainnya adalah publik, yang melihat bahwa upaya Jokowi menaikkan anak-mantu adalah hal yang belum bisa diterima.

Akumulasi dua kekuatan luar inilah yang hingga nanti saban hari akan coba menggerogoti pengaruh Jokowi dan keluarga. Dan begitu juga sebaliknya, pihak PDIP akan selalu merasa bahwa pengaruhnya sedang digerogoti oleh kekuatan lain—bukan kekuasaan saat ini, tapi oleh Jokowi dan keluarga, seperti yang mereka sebut, bisik, dan hembuskan belakangan ini.

T. R. Muda D. Bentara
T. R. Muda D. Bentara

Written by T. R. Muda D. Bentara

Kita melawan karena hak kita dilanggar.

No responses yet