Mega dan Iriana: Rivalitas Dua Ibu Anak Tiga

T. R. Muda D. Bentara
2 min readJan 29, 2024

--

Mega dan Iriana

Di Indonesia, dan juga dunia, jika ditanya siapa figur perempuan paling kuat saat ini, jawaban saya hanya satu; yaitu Ibu Mega.

Tak ada perempuan yang mampu mengendalikan partai selama 30 tahun, tanpa ada yang berani untuk mengajukan upaya pergantian, atau pemilihan ketua umum baru partai yang dipimpinnya, yaitu PDIP.

Pernah 2003 beberapa kadernya membangkang dan kemudian mendirikan partai baru—PDK, dan mereka tumbang.

Selain itu, di politik Indonesia, figur yang sedikit menyaingi kekuatannya dalam hal pengendalian partai politik hanya Muhaimin, yang telah mengendalikan PKB selama 20 tahun, setelah mengkudeta paman, anak paman dan sepupunya yang lain. Tapi untuk menyamai kekuasaan Mega, Muhaimin butuh waktu 10 tahun lagi. Pun jika Muhaimin sukses karena mengkudeta pamannya yang mantan presiden, maka Mega besar ketika ia mampu mengalahkan kekuasaan Orde Baru yang hendak merebut PDI dari genggamannya.

Tapi, belakangan, dalam beberapa bulan ini, Mega yang ketika muda sudah bercengkrama dengan Kruschev, Kennedy, Nehru, Nasser, Il Sung, ia sepertinya telah mendapatkan lawan sepadan.

Lawannya itu perempuan sederhana, sama seperti Mega, memiliki anak tiga, dua laki-laki dan satu perempuan. Dan perempuan itu bernama Iriana.

Seperti dibahas dalam banyak liputan media. Iriana menjadi orang paling berani menentang kekuasaan Mega yang telah berlangsung selama tiga dekade, dan sekaligus menguasai negeri ini secara penuh dalam dua dekade terakhir.

Keberanian Iriana hadir dalam bentuk kehadirannya yang memisahkan kekuasaan suaminya—yang kebetulan adalah Presiden Jokowi, untuk keluar dari permainan dan kendali penuh Mega dalam hal politik.

Sebelumnya, Jokowi tetap berkeinginan menjadi bagian gerbong politik Mega, dengan mendukung kandidat yang diusung oleh Mega, yaitu Ganjar. Namun kemudian, Iriana membalikkan semua permainan. Ia sang ibu rumah tangga, mengajukan anak sulungnya sebagai kandidat yang akan ikut bertarung di Pilpres 2024, berpasangan dengan rival suaminya dalam dua pertarungan pilpres terakhir.

Perlawanan Iriana yang kemudian terwujud ini, lalu membuat konsolidasi Mega untuk hattrick menang di Pilpres 2024 setelah menang di dua pilpres sebelumnya menjadi sulit untuk diwujudkan. Sebab, ketika Jokowi masih dalam gerbong kendali Mega, elektabilitas Ganjar tertinggi dari seluruh kandidat yang ada. Kemudian ketika Iriana ikut masuk dalam ring octagon pertarungan, lambat laun, sedikit demi sedikit, elektabilitas Ganjar semakin turun, dan menduduki posisi buncit.

Kini, selain kita disuguhkan rivalitas tiga pasangan calon yang ada. Pada dasarnya kita juga larut dalam permainan rivalitas antara dua ibu-ibu anak tiga ini. Hanya saja rivalitas mereka tak tampak ke permukaan. Padahal semua perdebatan yang kita lakukan dalam beberapa bulan terakhir mengenai pilpres ini, semuanya adalah puncak gunung es dari pertarungan mereka berdua, yang berlangsung secara senyap, tanpa jambakan, tanpa cacian, tapi penuh dengan perhitungan.

Dan untuk sementara waktu, hingga saat ini, Iriana telah mulai mampu mengimbangi kekuasaan Mega. Puncak pertarungan ada di 14 Februari nanti, dua minggu lagi, hari yang akan menentukan apakah Mega atau Iriana yang akan memenangkan pertarungan.

--

--

T. R. Muda D. Bentara
T. R. Muda D. Bentara

Written by T. R. Muda D. Bentara

Kita melawan karena hak kita dilanggar.

No responses yet